Beranda | Artikel
Mirza Ghulam Ahmad
Kamis, 24 Januari 2008

MIRZA GHULAM AHMAD

Pendiri Ahmadiyah bernama lengkap Mirza Ghulam Ahmad bin Mirza Ghulam Murtadza bin ‘Atha Muhammad bin Gull Muhammad. Kata Mirza adalah nama keluarga atau fam. Dalam fam ini ada yang masuk Ahmadiyah, tapi banyak juga yang menentang Ahmadiyah. Kata Ghulam berasal dari bahasa Urdu yang artinya hamba/pembantu/budak. Kata Ahmad diambil dari nama kedua bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kata Qadiyani dipakai karena dia berasal dari kota Qadiyan yang terletak di India. Jadi, arti dari nama Mirza Ghulam Ahmad adalah hambanya /pembantunya/budaknya Ahmad. Nama bapaknya adalah Mirza Ghulam Murtadza, dan arti dari nama itu juga adalah hambanya/pembantunya/budaknya Ali al-Murtadza. Dan nama kakak kandung Mirza Ghulam Ahmad adalah Ghulam Qadir yang memiliki arti, hambanya/pembantunya/budaknya Abdul Qadir Jaelani. Dengan demikian, istilah ‘pembantu mimpi jadi majikan’ cocok untuk Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani.

KELAHIRAN MIRZA GHULAM AHMAD
Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan di kota Qadiyan, Distrik (Kabupaten) Gurdaspur, Propinsi Punjab, India. Adapun mengenai tahun kelahirannya, ada beberapa versi berbeda, yaitu: (a) Menurut Mirza Ghulam Ahmad, dia dilahirkan pada tahun 1839 atau 1840 M. Saat itu adalah akhir zaman Pemerintahan Sikh. (Dia mengaku) pada tahun 1857 M dia (Mirza Ghulam Ahmad) berumur 16 tahun, dan jenggot serta kumisnya belum tumbuh[1]. (b) Menurut Mirza Ghulam Ahmad, dia dilahirkan pada tahun 1845 M[2]. (c) Menurut anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tahun 1836 atau 1837 M[3]. (d) Menurut anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tanggal 13 Pebruari 1835 M bertepatan dengan tanggal 14 Syawal 1250 H, yaitu pada hari Jum’at[4]. (e) Menurut anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tahun 1831 M[5].(f) Menurut anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tanggal 17 Februari 1832 M[6]. (g) Menurut anaknya, Mirza Ghulam Ahmad lahir pada tahun 1833 atau 1834 M[7].

Dengan banyaknya versi tentang tahun kelahiran Mirza Ghulam Ahmad, tentunya menjadi tidak lazim karena hampir setiap tahun mulai dari tahun 1831 s/d 1840 dan 1845 Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan. Hal itu terjadi karena klaim Mirza Ghulam Ahmad mendapat ilham dan mukjizat yang berkaitan erat dengan umurnya sendiri. Ketika tidak ada kecocokkan antara ilham dan mukjizat yang diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad dengan usia hidupnya, maka tahun kelahirannya tidak menetapkan secara pasti. Tujuannya agar para pengikut Ahmadiyah mempercayai ilham dan mukjizat yang Mirza Ghulam Ahmad terima sebagai sebuah kebenaran, sebagaimana keyakinan mereka terhadap kenabian Mirza Ghulam Ahmad dan ajarannya.

SILSILAH KETURUNAN MIRZA GHULAM AHMAD
Setiap anak adam yang dilahirkan ke muka bumi ini memiliki silsilah keturunan masing-masing. Meskipun semuanya berasal dari satu bapak yaitu Nabi Adam as., tapi karena tersebar di seluruh pelosok bumi maka masing-masing memiliki garis keturunan sesuai dengan tempat dia dilahirkan. Seorang anak adam tentunya hanya memiliki satu garis keturunan. Tapi, lain halnya dengan Mirza Ghulam Ahmad, terdapat beberapa sumber yang menyatakan garis keturunan yang berbeda-beda, di antaranya: (a) Pada tahun 1900, Mirza mengaku bahwa dia adalah keturunan Mughal, Berlas (Kerajaan Mughal) yang datang dari kota Samarkand (dulu negara bagian Uni Soviet)[8]. (b) Mirza Ghulam Ahmad mengaku bahwa dia adalah keturunan Farsi (Persia) atau sekarang Iran[9]. (c) Pada tahun 1901, Mirza Ghulam Ahmad menulis bahwa dia adalah keturunan Syekh Habib/Bani Fatimah, dan juga dari keturunan Israel (Bani Israel)[10]. (d) Pada tahun 1902, Mirza mengaku bahwa nenek moyangnya berasal dari perbatasan Cina[11].

KELUARGA MIRZA GHULAM AHMAD
Keluarga Mirza Ghulam Ahmad adalah ahli dalam bidang pengobatan tradisional, yakni Tabib/Hakim. Nenek moyang Mirza mendapatkan banyak hadiah berbentuk rumah-rumah mewah dan sawah-sawah dengan luas ratusan hektar serta perhiasan yang mahal, karena pengobatan mereka dapat menyembuhkan para Raja, Petinggi, dan Pejabat Pemerintah waktu itu. Tapi, pada tahun 1800-an, harta-harta tersebut diambil alih oleh Pemerintah Sikh di Propinsi Punjab (sewaktu Maha Raja Ranjeet Singh merebut wilayah Punjab dan mendirikan Pemerintahan Sikh, sebelum Penjajah Inggris masuk dan menguasai penuh seluruh wilayah India). Atas kejadian ini, Gull Muhammad, kakek buyut Mirza Ghulam Ahmad bunuh diri dengan meminum racun.

Pada saat Mirza Ghulam Ahmad masih kecil, bapaknya yakni Mirza Ghulam Murtadza sering bolak-balik ke pengadilan supaya bisa mendapatkan kembali harta kekayaan warisan dari kakek-kakeknya. Tapi tidak berhasil, dan harta-harta lainnya yang pernah dikumpulkan pada masa lalu akhirnya habis juga. Sedangkan penjajah Inggris memandang kesetiaan keluarga Mirza Ghulam Murtadza kepada mereka, sehingga mereka menetapkan uang pensiun untuk Mirza Ghulam Murtadza.

PENDIDIKAN MIRZA GHULAM AHMAD
Mirza tidak pernah menerima pendidikan formal di sekolah atau madrasah, tapi ada beberapa guru yang datang ke rumahnya untuk mengajar (privat). Mirza Ghulam Ahmad mempelajari beberapa buku dalam bahasa Urdu, Persia, dan Arab. Sewaktu masih kecil, Mirza suka bermain bersama teman-teman seusianya, dengan segala kekurangan, kepolosan, dan kenakalan layaknya seorang anak dan tidak ada satu keistimewaan apapun dari masa kecilnya. Bahkan, kebanyakan cerita masa kecilnya yang dapat kita temukan dalam buku SIRATUL MAHDI yang ditulis oleh anaknya sendiri, membuktikan bahwa dia itu adalah seorang yang bodoh dan tolol sejak kecil.

PENYAKIT-PENYAKIT YANG DIDERITA MIRZA GHULAM AHMAD
Mirza Ghulam Ahmad mengklaim dirinya sebagai Nabi, Rasul, dan hal-hal konyol lainnya. Hal itu lebih diakibatkan karena dia mempunyai penyakit syaraf yang dikenal dengan nama malikholia/melancholy, serta komplikasi dari beberapa penyakit yang dideritanya. Di bawah ini beberapa tulisan dalam buku-buku karangan Mirza sendiri, buku-buku yang ditulis oleh anak-anak Mirza, dan buku-buku resmi Ahmadiyah lainnya. Isinya men-ceritakan tentang penyakit yang Mirza derita, di antaranya adalah: (1) Saya (Mirza Ghulam Ahmad) menderita dua penyakit, satu di tubuh bagian atas, yakni sakit kepala yang datang terus menerus, pusing, kaki dan tangan menjadi dingin karena ter-hambatnya sirkulasi darah, urat nadi menjadi lemah. Sedangkan penyakit yang kedua ada di tubuh bagian bawah, yakni buang air kecil berulang kali dan sering buang air besar. Mirza berkata, “Saya menderita kedua penyakit ini sejak 20 tahun yang lalu.”[12] (2) Saya (Mirza Ghulam Ahmad) adalah orang penyakitan (sering sakit-sakitan). Saya sering sakit kepala, pusing, susah tidur, dan menderita penyakit sawan (convulsion). Penyakit lainnya adalah penyakit gula (diabetes) yang sudah lama saya derita, serta sering buang air kecil sampai 100 kali dalam sehari, begitu pula pada malam harinya. Akibatnya, saya menjadi lemas karena penyakit-penyakit ini[13]. (3) Saya menderita sakit kapala yang sangat hebat. Jika buang air besar sambil jongkok, saya merasa pusing sekali[14]. (4) Tidak ada waktu berlalu tanpa merasa pusing. Sudah lama saya (Mirza Ghulam Ahmad) shalat sambil duduk, dan sering juga membatalkan shalat karena sakit dan sering buang angin (angin dari perut) ketika sedang duduk[15]. (5) Saya (Mirza Ghulam Ahmad) menderita dua penyakit, satu pada tubuh bagian atas dan satu lagi pada tubuh bagian bawah, yakni miraaq/penyakit syaraf dan sering buang air kecil[16]. (6) Menurut Dr. Mir Muhammad Ismail (tokoh Ahmadiyah), Hadzrat Masih Mau’ud sering mengatakan bahwa dirinya mempunyai penyakit hysteria, dan kadang dia mendapat serangan miraaq/penyakit syaraf[17].  (7) Gigi Mirza banyak yang sudah hancur, sehingga dia sering sakit gigi[18]. (8) Pada musim panas, kulit kakinya sering pecah-pecah[19]. (9) Rambut Mirza mulai beruban pada usia 30-an, dan akhirnya memutih semua[20].

ILHAM-ILHAM DAN RAMALAN-RAMALAN MIRZA GHULAM AHMAD YANG BERISI KEBOHONGAN DAN KEDUSTAAN
Mirza Ghulam Ahmad mengklaim telah menerima wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang biasa dikirim melalui malaikat bernama Teci Teci. Untuk menguatkan pengakuannya, Mirza Ghulam Ahmad mengumumkan berbagai ilham, ramalan-ramalan, dan mukjizat-mukjizat untuk membuktikan kebenaran dirinya. Tapi, sering pula dia mengeluarkan kata-kata bias atau rancu dalam ramalannya, hal ini dimaksudkan agar orang mudah percaya dan seandainya suatu saat nanti ramalannya tidak terbukti, dia masih bisa mengelak dengan memberikan berbagai alasan untuk membohongi para pengikut dan masyarakat lainnya.

Kasus Mirza tidak jauh berbeda dengan kasus Lia Aminuddin, yang juga mengaku dirinya sebagai Penjelmaan Malaikat Jibril dan sebagai Siti Maryam, serta mempunyai seorang Imam Mahdi, dan mengklaim bahwa anaknya adalah Isa Ibnu Maryam. Tidak jauh berbeda pula dengan Ahmad Mushaddeq yang mengklaim bahwa dirinya menerima wahyu dan diangkat sebagai Nabi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berita dan kisah kedua orang ini sering kita baca di koran-koran harian dan di majalah-majalah mingguan maupun bulanan. Sayangnya, Lia Aminuddin dan Ahmad Mushaddeq tidak mempunyai “sponsor” yang kuat, yang bisa membantu mereka untuk mencapai tujuannya, sebagaimana yang dimiliki oleh Mirza Ghulam Ahmad, yaitu Pemerintah Inggris. Sejak Mirza Ghulam Ahmad memproklamirkan diri sebagai Nabi dan Rasul, lalu membentuk Jemaat Ahmadiyah, dia dibantu oleh Inggris sampai saat ini. Bahkan, Pusat Jemaat Ahmadiyah sekarang berada di kota London, Inggris.

Lia Aminuddin dan Ahmad Mushaddeq dengan mudah ditangkap, ditahan, dan dijatuhi hukuman dalam kasus Penodaan dan Penistaan Agama. Tapi, Ahmadiyah tidak bisa disentuh oleh hukum lebih disebabkan karena adanya pengaruh dan intervensi dari pihak luar, khususnya dari Negara Inggris, Amerika, Jepang, Jerman, PBB, dan negara lainnya. Ketika Mirza Ghulam Ahmad pada masa hidupnya dimusuhi dan diancam akan dibunuh oleh masyarakat setempat, dia dilindungi oleh Pasukan Inggris. Bahkan, sampai sekarang Jemaat Ahmadiyah dan Khalifah-khalifahnya dilindungi dan dibantu oleh Pemerintah Inggris dan Amerika. Mirza Ghulam Ahmad pernah menyatakan bahwa, “Untuk mengetahui kebenaran dan kebohongannya, tidak ada ujian yang lebih baik selain pembuktian pengakuan-pengakuan dan ilham-ilhamnya.” (yakni kalau ingin melihat kebenaran Mirza Ghulam Ahmad, maka lihatlah ilham-ilhamnya dan pengakuan-pengakuannya yang akan menjadi kenyataan)[21].

Pengakuan-pengakuan dan ilham-ilham Mirza Ghulam Ahmad terhitung mulai dari tahun 1882 sampai dengan tahun 1908 (+ selama 26 tahun) ada banyak sekali, bahkan ada beberapa di antaranya yang dia (Mirza Ghulam Ahmad) sendiri mengakui bahwa dia tidak tahu artinya. Pengakuan-pengakuan dan ilham-ilham yang kami kutip berikut ini hanya sebagian kecil saja yang pernah juga dimuat di koran-koran setempat, bahkan menjadi bahan tertawaan masyarakat pada saat Mirza Ghulam Ahmad masih hidup. Dengan adanya kutipan ini, diharapkan masyarakat bisa menilai sendiri kebenaran dan kebohongan Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani dan Jemaat Ahmadiyah.

RAMALAN TENTANG ANAK LAKI-LAKI
Salah satu ilham Mirza Ghulam Ahmad adalah: “Tuhan akan mengaruniai saya seorang anak laki-laki yang mempunyai sifat-sifat Ilahiah (sifat-sifat Qudus), namanya adalah Imanuel dan Bashir. Anak ini akan menjadi pembela tahanan (yang tidak berdosa/orang-orang yang tertindas) dan dia akan mendapat popularitas sampai ke ujung dunia.” Mirza menulis lebih dari satu halaman tentang sifat-sifat anak ini. Ditulis pula bahwa anak ini adalah Mazhharul Awwal wal Akhir (Penjelmaan yang Pertama dan yang Terakhir), Mazhharul Haq wal Ula (Penjelmaan Kebenaran dan Keutamaan), Qamarul Anbiya (Bulan para Nabi), serta dia menulis juga bahwa anak ini adalah sama seperti kaanallaahu nazala minas sama’a (Tuhan sendiri yang turun dari langit). Yakni sifat-sifat anak ini sama dengan sifat-sifat Tuhan[22]..

Apa yang terjadi dengan ilham ini sungguh luar biasa dan di luar dugaan Mirza Ghulam Ahmad. Pada tanggal 20 Februari 1886 Mirza mengumumkan tentang anaknya yang akan lahir dengan sifat-sifat di atas, yang pada saat itu istri keduanya sedang hamil. Mirza sering mengatakan bahwa anak laki-lakinya akan lahir dari kehamilan ini, tapi kadang dia juga mengatakan bahwa kemungkinan anaknya akan lahir dari kehamilan yang lain. Tapi, pengikut Mirza dan dia sendiri percaya bahwa anak laki-lakinya itu akan lahir dari kehamilan sekarang ini, seperti yang dia tulis dalam bukunya yang berjudul Haqiqatul Wahyi hal. 135. Para pengikut Mirza dan begitu pula musuh-musuhnya sedang menunggu kelahiran anak itu. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, anak Mirza lahir pada tanggal 15 April 1886, tapi bukan anak laki-laki melainkan anak perempuan.

Dengan kejadian ini, musuh-musuh Mirza membuat maklumat dan menulis artikel yang isinya menghina Mirza habis-habisan atas kesalahan ilhamnya. Mirza pun membalasnya dengan kata-kata kotor (yang tidak layak diucapkan oleh ‘seorang Nabi’), yang intinya bahwa dia tidak pernah mengatakan anak itu akan lahir dari kehamilan ini. Beberapa hari kemudian, anak perempuan itu meninggal dunia. Setelah lebih dari setahun, istri Mirza hamil lagi. Sekarang, Mirza tidak berani mengeluarkan ilham tentang anaknya ini. Lalu, pada tanggal 7 Agustus 1887 Mirza membuat maklumat dengan judul ‘Berita Gembira’ bahwa telah lahir seorang anak laki-laki. Anak inilah yang akan mempunyai sifat-sifat Ilahiyah. Dia juga mengatakan bahwa ilham dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang anak laki-lakinya yang pernah dia umumkan beberapa waktu yang lalu telah menjadi kenyataan. Kemudian Mirza menamai anaknya Bashir sesuai ilham yang diterimanya. Tapi sayang, anak ini wafat ketika berusia 16 bulan, tepatnya pada 4 November 1888. Dengan demikian, ilham Mirza tidak terbukti untuk kedua kalinya, sehingga para musuh Mirza menghinanya dengan sepuas-puasnya. Kemudian, pada 1 Desember 1888 Mirza membuat maklumat dan meralat pengakuan sebelumnya, “Saya keliru tentang ilham yang saya peroleh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang anak saya, dan ini adalah kekeliruan ijtihadi, dan kekeliruan ijtihadi seperti ini pernah dilakukan juga oleh Nabi-nabi yang terdahulu”[23].

Mirza mengatakan bahwa anaknya yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala akan lahir pada masa yang akan datang. Ternyata, Mirza dikaruniai lagi seorang anak laki-laki pada akhir Juni 1899 dan diberi nama Mubarak Ahmad. Lalu Mirza membuat maklumat bahwa anak inilah yang dimaksud dalam ilham yang pernah dia umumkan pada 20 Februari 1886[24]. Mirza merasa senang sekali atas kelahiran anak ini. Kemudian Mirza menikahkan anaknya itu saat dia baru menginjak usia 8 tahun, dengan alasan supaya anak itu tidak menjadi anak nakal seperti kakak-kakaknya. Tapi sayang, ketika anak itu dinikahkan, malaikatul maut datang untuk menjemputnya pada tanggal 16 Desember 1907. Setelah kematian anak ini, Mirza sudah tidak punya nyali lagi untuk meralat pernyataannya. Dan setelah 8 bulan tepatnya pada bulan Mei 1908, Mirza sendiri yang menyusul anaknya menghadap pengadilan Allah yang Maha Adil. Kisah ini tidak selesai sampai di sini, masih ada kelanjutannya. Pada bulan Januari 1944, Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad, Khalifah Kedua (yang mengaku dirinya mempunyai derajat yang sama seperti Khalifah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu) mengumumkan bahwa maksud dari ilham Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani yang pernah diumumkan pada tanggal 20 Februari 1886 tentang seorang anak laki-laki yang dijanjikan, yang akan menjadi seperti kaanallahu nazala minas sama’a, itu adalah dirinya. Inilah kehebatan seorang Khalifah Ahmadiyah, dia lebih tahu tentang anak yang dimaksud oleh Nabinya, sedangkan Nabinya sendiri tidak mengetahui siapa anak yang dimaksud. Dari pengakuan Mirza dan Khalifahnya kita bisa menilai tentang Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani bahwa dia adalah salah satu di antara orang-orang yang terhina seperti Musailamah al-Kadzdzab di muka bumi ini.

[Dikutip dari buku Jejak Hitam Sang Pendusta dan Pengkhianat Agama Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani & Fakta Penghinaan Ahmadiyah Terhadap Agama. Dapatkan segera di toko-toko buku terdekat di kota Anda, harganya Rp 50.000,- setebal 318 halaman. Buku ini berisi tentang kehidupan Mirza Ghulam Ahmad dan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, mulai dari ketololannya, penyakit-penyakit yang dideritanya dan ramalan-ramalan kosongnya dan lain-lain].

Disalin dari LPPI Jakarta
________
[1] Kitabul Bariyah hal. 159, Ruhani Khazain Jilid 13 hal. 177
[2] Taryaqul Qulub hal. 68
[3] Siratul Mahdi Jilid 2 hal. 150
[4] Siratul Mahdi Jilid 3 hal. 76
[5] Siratul Mahdi Jilid 3 hal. 74
[6] Siratul Mahdi Jilid 3 hal. 302
[7] Siratul Mahdi Jilid 3 hal. 194
[8] Kitabul Bariyah hal. 134
[9] Kitabul Bariyah hal. 135
[10] Eik Ghalti Ka Izalah hal. 16
[11] Tuhfah Golarwiyah hal. 40
[12] Nasime Da’awat hal. 171
[13] Dzamimah Arbain hal. 3
[14] Khuthuth Imam Benam Ghulam hal. 6
[15] Maktubate Ahmadiyah Jilid 5 No. 2 hal. 88
[16] Tasykhizul Azhan, Juni 1906
[17] Siratul Mahdi hal. 55
[18] Siratul Mahdi Jilid 2 hal. 125
[19] Siratul Mahdi hal. 125
[20] Dzikre Habib hal. 38
[21] Aiena Kamalate Islam hal. 288
[22] Majmu’a Isytiharat, hal. 10, 11, 12
[23] Majmu’a Isytiharat, hal. 16-39
[24] Taryaqul Qulub, hal. 40, 44


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/2328-mirza-ghulam-ahmad.html